Perlunya Alutsista yang Kuat

  • 08 Juli 2015
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 2825 Pengunjung

Opini, suaradewata.com - Perjuangan Bangsa Indonesia dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, memberikan pengalaman sejarah yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan perjuangan selanjutnya. Pengalaman sejarah perjuangan tersebut khususnya selama perang kemerdekaan telah mewujudkan tradisi yang selanjutnya menjadi nilai penting sebagai dasar penyelenggaraan pertahanan dan keamanan untuk melindungi segenap bangsa dari berbagai kemungkinan ancaman baik yang bersifat kasar (ancaman militer) maupun yang halus (ancaman terhadap pemikiran dan persepsi). Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan dengan cara sendiri yang spesifik, dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi obyektif bangsa dan negara Indonesia,  pandangan hidup bangsa dan budaya bangsa. Pertahanan Negara Indonesia merupakan instrumen dari politik nasional, terutama politik keamanan nasional.Maka dari itu, dalam kaitan ini perang modern tidak mengandalkan semangat semata tetapi lebih pada dukungan kekuatan alutsista berteknologi. Perang abad 21 dan seterusnya tidak lagi mengajarkan gelut antar tentara atau adu jotos antar tentara atau adu pedang antar pasukan. Cukup pencet tombol lalu meledaklah berbagai amunisi mulai dari peluru kendali, bom dan artileri dari jarak jauh. Jadi sangat lucu kalau ada pernyataan “yang penting semangat” lalu mengabaikan pemenuhan kebutuhan alutsista.

Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Anggaran pertahanan pada APBN-P 2015 sebesar Rp101,625 triliun, atau 1% dari produk domestik bruto, memang terbesar dalam sejarah. Namun, porsi itu belum ideal, yakni di atas 1,5% dari PDB. Bandingkan dengan Malaysia yang anggaran pertahanannya telah mencapai 1,6% dari PDB, Singapura 3,2%, Vietnam 2,1%, dan Thailand 1,5%. Untuk itu. Bangsa Indonesia akan terus melangkah. Sembari mengharap ada perbaikan pertumbuhan ekonomi, rencana pengadaan alutsista akan terus digaungkan seirama pula dengan pernyataan-pernyataan yang mengedepankan optimis dan keyakinan. Sebagai anak bangsa tentu menginginkan kemampuan dan kemajuan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang diperoleh tentu memerlukan keyakinan pada rasa aman, damai dan tidak merasa terancam.Proyek alutsista bernilai ratusan triliunan selama lima tahun pertama, menunjukkan sikap istiqomah yang kuat dari pemerintah untuk terus memperkuat kegagahan hulubalangnya.Perkuatan tentara dalam rangka itu untuk memastikan rasa aman dari gangguan teritori dan eksitensi bangsa sekaligus penggahar kekuatan diplomasi. Tidak hanya semangat Jenderal tetapi kita butuh banyak alutsista terkini untuk hulubalang NKRI. Kesempurnaan spartan itu akan semakin kelihatan nilai gaharnya manakala tentara dilengkapi dengan kekuatan alutsista yang modern, berkualitas dan mencukupi.  Untuk itu, dalam kurun 6 tahun terakhir ini mata hati pemerintah mulai sadar diri untuk segera melakukan modernisasi persenjataan/alusista TNI segala matra.  Maka dengan rencana strategis bernama MEF dimulailah gebrakan untuk memperbaharui alutsista TNI. 

Modernisasi Alutsista

Bangsa Indonesia sejak tahun 2009 sampai tahun 2015 telah melakukan modernisasi alutsista yang juga diikuti oleh modernisasi alutsista negara ASEAN lainnya. Pertumbuhan ekonomi yang baik di ASEAN satu decade terakhir membuat kawasan ASEAN menjadi kasawan pasar alutsista yang sangat potensial. Hal ini membuat banyak negara ASEAN yang menambah kekuatan persenjataan canggih mereka, tidak hanya pesawat tempur canggih, banyak negara ASEAN yang juga memodernisasi alutsista lainnya seperti kendaraan tempur, kapal perang canggih, dan juga pengadaan kapal selam canggih. Alutsista menjadi menarik untuk dibahas karena beberapa negara ASEAN sudah dan sedang berencana menambah serta melengkapi alutsista mereka dengan persenjataan canggih. Meski belum pas disebut sebagai “perlombaan senjata” dalam pengadaan persenjataan canggih, nyatanya banyaknya penambahan sistim persenjataan di kawasan ini akan menjadi sebuah tantangan dan peluang bagi masing-masing negara dalam menjaga kedaulatannya serta menjaga kestabilan keamanan kawasan ASEAN.Untuk mengantisipasi situasi regional yang tidak pasti dan batas-batas negara wilayah NKRI serta agar kita tidak dilecehkan oleh bangsa lain Indonesia sangat membutuhkan tambahan kekuatan alutsista modern/canggih diantaranya 10 skuadron fighter, 10 destroyer, 20 fregat, 30 korvet berteknologi bersama 18 kapal selam dalam kurun 10 tahun mendatang. Ini bukan mimpi tetapi kewajiban seluruh rakyat Indonesia sebagai bangsa yang diwarisi negara kepulauan paling elok di dunia. Kita mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi alutsista buat pengawal republik, jika kita mau.  Kita bisa menjadikan tentara kita sebagai tentara modern yang memiliki unjuk kerja spartan. Rakyat NKRI harus bersemangat membangun TNI dan menjadikannya sebagai tentara luar biasa. Bahkan melihat kondisi dinamis di kawasan ASEAN percepatan pembangunan kekuatan alutsista menjadi syarat utama. 

Tentara Nasional Indonesia

TNI telah memenuhi kesempurnaannya sebagai tentara spartan, militan, patriotik, dan penuh semangat karena kurikulum latihannya seperti itu. Jadi dampak dari semua jenis latihan yang dilakukan pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa tentara NKRI selalu bersemangat dalam setiap penugasan baik untuk operasi militer perang dan operasi militer selain perang.  Kita bisa saksikan pada operasi militer selain perang evakuasi korban Air Asia beberapa waktu lalu, spartan banget. Lalu operasi militer selain perang berupa operasi serbu teritorial membantu petani tanam padi, merupakan gambaran semangat yang tiada henti. “Bukanlah tentara biasa seandainya kecukupan alutsista terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitas”.  Jika pemenuhan alutsista yang berteknologi terkini dapat dimiliki baik secara mutu dan jumlah lalu ditambah dengan kemampuan spartan yang dimiliki prajurit TNI maka layaklah disebut pengawal NKRI bukan tentara biasa. Sedangkan, untuk urusan spartan, tentara NKRI dikenal sebagai tentara dengan kemampuan gelut dan survival yang disegani. Karena menu latihan yang dimakan sehari-hari adalah menu yang hampir melewati batas ambang ketahanan fisik dan psikologi manusia. Dalam serial latihan survival antar marinir Indonesia dan Amerika Serikat yang diadakan setiap tahun di hutan Jawa Timur, marinir AS mengaku kalah dengan marinir RI dalam uji ketahanan hidup di hutan raya. Selain itu, serial latihan ketangkasan menembak baik tingkat ASEAN maupun ajang internasional lainnya tradisi juara selalu dipegang TNI. Terakhir di ajang lomba AASAM di Victoria Australia kontingen TNI menyapu lebih separuh medali emas yang disediakan untuk 14 kontingen lain termasuk AS, Inggris dan tuan rumah. Kemudian di arena pasukan perdamaian dunia baik di Libanon, Sudan nama baik tentara republik diukir jelas dengan berbagai prestasi personal dan kesatuan. Tentara Indonesia tidak boleh dicampuri dengan kepentingan politik, namun kemampuan tempur militer TNI harus dibenahi, dibaguskan dan digaharkan. Tantangan teritorial ke depan tidak bisa hanya diplototin lalu kirim nota diplomatik. Indonesia harus mempunyai militer yang kuat menjalankan kurikulum berani masuk digebuk. Tidak lagi ada kalimat nanti dulu untuk memperkuat militer NKRI.

Perlunya Dukungan Penuh Pemerintah

Kita sangat bergembira dengan keyakinan pemerintahan Jokowi yang akan terus melanjutkan perkuatan tentara.  Kondisi yang tidak pasti di lingkungan regional mengharuskan persiapan penguatan persenjataan. Jangan sampai terlambat mengantisipasinya ketika semua negara sudah membentengi dirinya baik secara mandiri maupun aliansi.  NKRI  harus bersiap diri meski tidak ikut konflik karena aktor utamanya di laut kaya sumber daya alam adalah raksasa dunia. Sudah saatnya eksekutif dan legislatif kompak bersikap untuk membawa pertahanan Republik ini ke arah ideal dengan terus menambah anggaran. Namun, kita juga perlu mengingatkan pentingnya penggunaan anggaran secara tepat guna, transparan, dan akuntabel.Jangan manfaatkan prinsip kerahasiaan negara untuk patgulipat menilap uang rakyat. Jangan lagi membeli senjata bekas atau silau dengan tawaran hibah, tetapi mengabaikan kualitas. Jangan biarkan nyawa prajurit dan rakyat terus melayang sia-sia akibat alutsista yang renta.Sebagai negara kepulauan terbesar yang terdapat di garis ekuator, hampir sebagian besar wilayah NKRI merupakan kawasan perairan. Selain itu, Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia yang mencapai 95.181 kilometer. Maka, NKRI memerlukan angkatan bersenjata yang mampu memantau setiap sudut penjuru nusantara untuk merespon setiap gejolak yang muncul dengan cepat, serta mampu menghilangkan ancaman yang ada di Tanah Air. ….Bravo TNI !!!

Pembangunan kekuatan harus dilakukan secara konsisten. Meski kondisi ekonomi suatu negara terpuruk, pembangunan di sektor militer tidak boleh berhenti”.

Fajri Permana, Penulis adalah Pengamat Militer


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER