PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Waspada Paham Radikal Yang Ingin Merusak Tatanan Kenegaraan

Minggu, 27 Desember 2015

00:00 WITA

Nasional

3681 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Opini, suaradewata.com - Bangsa Indonesia, telah melewati berbagai era  mulai dari zaman kolonial, orde lama, orde barudan  reformasi. Di zaman sebelum reformasi ancaman terbesar  Negara Indonesia adalah disintegrasi bangsa dimana  dibeberapa daerah, gerakan separatis menuntut agar dapat memisahkan diri dari NKRI untuk membentuk Negara sendiri.  Namun, di era reformasi saat ini ancaman terbesar adalah  paham radikal yang ingin  membelokan ideologi Pancasila ke ideologi yang berbasis Islam.  Oleh karenanya kewaspadaan tingkat tinggi terhadap paham radikalisme harus  ditanamkan sejak dinioleh masyarakt kita. Berpikir cerdas dan bertindak cepatsangat penting dilakukan, guna menjaga bangsa inidari pengaruh paham tersebut.

Sebelum maraknya gerakan  ISIS di dunia, gerakan radikal yang sangat ditakuti adalah kelompok Al Qaedayang dipimpin Osama Bin Laden. Mereka  mempunyai jaringan-jaringan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Seiring waktu berjalan dan tewasnya Osama Bin Laden,  gerakan garis keras lainnya yang muncul  yaitu Islamic State Irak dan Suriah (ISIS) dipimpin oleh Abu Bakar Al Bagdadi. Dalam aksinya pergerakan ISIS dinilai lebih berbahaya dibandingkan aksi terorisme kelompok Al Qaeda, karena mereka berupaya mengkudeta pemerintah resmi negara-negara Islam dunia seperti Pemerintah negara Irak dan Suriah.Mereka juga  melakukan kekerasan dan teror  di Negara-negara mereka anggap melakukan perlawanan terhadap mereka, seperti Rusia, Perancis, AS, dan lainnya.   

Gerakan ISIS yang jelas-jelas mengatasnamakan Islam menodai ajaran agama Islam. Islam dianggap oleh orang yang berfikiran sempit seperti kandidat Presiden AS, Donald Trump sebagai agama teroris, sehingga patut disingkirkan. Padahal gerakan ISIS itu sendiri merugikan umat Islam di dunia,  mereka  telah menjadi korban jiwa maupun hartan  akibat kebiadabannya.

 Di Indonesia sendiri kewaspadaan perlu ditingkatkan karena gerakan pemberontakan yang mengatasnamakan agama ini bisa mempengaruhi umat muslim di Indonesia. Dalam  waktu singkat didapati sudah ada kelompok-kelompok Islam garis keras yang menyatakan secara

terbuka mendukung gerakan ISIS di Indonesia.   Dukungan terhadap gerakan ISIS ini berpotensi menjadi sebuah ancaman untuk munculnya gerakan-gerakan terorisme dan berpotensi

mengancam Negara  Indonesia yang berazaskan Pancasila.  Paham ISIS ini rentan mempengaruhi masyarakat muslimIndonesia. Para pengguna media sosial, terutama generasi muda agar bersikap dewasa saat berinteraksi di media sosial. Mereka juga harus bisa mengelola akun masing-masing dan menyeleksi pesan yang diterima secara selektif.

Pakar komunikasi dari Universitas Paramadina, Henry Satrio mengingatkan, propaganda paham kekerasan oleh kelompok ISIS melalui dunia maya  harus dilawan dengan melakukan propaganda yang sama.Dunia maya harus dibanjiri tentang informasi dan tulisan tentang agama Islam populer, yaitu Islam yang rahmatan lil alamin (agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia).Maka itu  mengapresiasi pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terkait sosialisasi pencegahan terorisme melalui dunia maya dengan pencanangan Tahun Damai di Dunia Maya. Langkah itu  harus dilakukan dan terus ditingkatkan dalam menciptakan perdamaian di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.

Guru Besar Sosiologi Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Prof. Dr. Bambang Pranowo mengungkapkan bahwa penguatan pemahaman agama Islam moderat bisa menjadi senjata untuk mencegah dan menghadang propaganda ISIS. Untuk merealisasikan itu,  semua pihak harusbersatu dan bersinergi dalam memerangi ISIS.  Karena berkembangnya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila seperti paham ISIS ini patut diwaspadai sebagai upaya pengikisan nilai-nilai kebangsaan. Karena itu, pengamalan nilai-nilai Pancasila menjadi kunci untuk mencegah perpecahan serta mempertahankan persatuan Indonesia.

Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan untuk mencegah penyebarluasan paham kekerasan, terutama oleh kelompok militan ISIS, bangsa Indonesia harus memperkuat toleransi antarumat beragama dan ideologi Pancasila.Penguatan toleransi dan ideologi adalah solusi untuk menyelamatkan bangsa ini dari pengaruh paham kekerasan dan ISIS.  Kalau toleransi tidak digalakkan dan dibina secara serius dan terarah, maka peluang bangsa Indonesia terjangkiti paham kekerasan dan terorisme akan semakin besar.

Untuk itu, di dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme, BNPT harus lebih memperkuat kerja sama dengan berbagai lembaga terkait, seperti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta Departemen Dalam Negeri.Maka penguatan toleransi dan ideologi akan lebih terarah.  Indonesia memiliki kearifan lokal untuk membendung serbuan paham negatif, termasuk paham kekerasan, dari luar. Hanya, diperlukan kemasan baru yang lebih menarik agar nilai-nilai kearifan lokal itu tidak dianggap kuno, terutama oleh generasi muda.Untuk itu,  dibutuhkan orang-orang muda pula untuk menjadi juru syiar yang cakap dalam memberikan pemahaman dan penjelasan kepada generasi muda tentang nilai-nilai kearifan lokal tersebut.

Dalam waktu dekat ini, ada perayaan hari Besar Umat Kristiani yaitu  perayaan Natal 2015 dan juga perayaan Tahun Baru 2016 yang akan di rayakan segala umat yang ada di dunia. Semua elemen masyarakat di Indonesia, baik tokoh masyarakat, agama dan adat  harus mensukseskan perayaan Natal dan Tahun baru ini agar tidak terkontaminasi  dari paham-paham radikal ISIS yang ingin menggunakan momen tersebut untuk mengacaukan situasi Negara kita. Laporkan apabila ada gerakan gerakan mencurigakan dimasyarakat atau bangun sikap early warning. Aparat keamanan tidak boleh lengah dan sinergi aparat keamanan diperlukan dalam menangkal masuknya gerakan radikal  ini. Dengan keterlibatan semua pihak dari tingkatan yang terkecil maka paham radikal tidak akan berkembang di bumi kita ini.

Juli Sasman S.Ag, penulis adalah pemerhati masalah gerakan  islam garis keras


Komentar

Berita Terbaru

\