Curiga Jadi Sarang Teroris, Sekretariat Aktifis Mahasiswa Digrebeg Aparat

  • 19 Januari 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 2638 Pengunjung

Buleleng, suaradewata.com - Aksi dan ancaman teror bom yang berlangsung belakangan hari khususnya di Kabupaten Buleleng, ternyata betul-betul mendapat perhatian dari aparatur di Utara Pulau Bali. Ironisnya, penerapan dilakukan “gelap mata” serta tidak terarah. Salah satu yang menjadi korban adalah Sekertariat organisasi nasional kemahasiswaan yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Singaraja di Jalan Abimayu digerebeg belasan aparat Gabungan TNI dan Polri sekitar pukul 09.00 Wita, Selasa (19/1).

Kedatangan aparat gabungan TNI-Polri di sekertariat organisasi yang salah satu mantan anggotanya adalah petinggi bangsa yakni Wakil Presiden Indonesia, HM Jusuf Kalla, tersebut disambut dua orang anggota HMI Cabang Singaraja Sabarudin Indra Wijaya (26).

Indra dan salah seorang temannya pun tak luput dari deretan pertanyaan aparat gabungan seputar aktifitas organisasi tersebut di lingkungan kelurahan Banjar tegal, Kecamatan Buleleng. Menurut penuturan Indra, dasar kedatangan belasan aparat gabungan tersebut atas laporan warga terkait pemasangan bendera HMI berukuran 60x40 centimeter di pagar sekertariat organisasi tersebut.

Menurut keterangan salah satu oknum aparat gabungan tersebut, laporan yang masuk ke pihak mereka terkait kecurigaan warga terhadap HMI yang dianggap salah satu organisasi islam radikal di Kabupaten Buleleng. Pasalnya, logo HMI dilihat terdapat symbol Bulan dan Bintang yang menjadi lambang organisasi yang juga pernah di kepalai Akbar Tanjung serta Anas Urbaningrum ini.

“Sempat ditanya seputar aktifitas di sekertariat dan saya jawab mahasiswa yang menjadi anggota HMI cabang Singaraja biasa melakukan diskusi. Banyak tema yang dibahas serta ada kaitan dengan ideology kebangsaan dan tentang keindonesiaan,” ujar Indra pasca kepergian aparat gabungan TNI-Polri yang mendatangi sekertariat HMI tersebut.

Ironisnya, organisasi kemahasiswaan yang telah berdiri sejak tahun 1967 tersebut juga sempat dipertanyakan legitimasi keberadaannya. Indra pun menjelaskan terkait dengan Surat Keputusan yang dikeluarkan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang telah mendasari pembentukan serta kegiatan dari organisasi mahasiswa islam yang terdapat hampir di seluruh universitas swasta dan negeri yang ada di Indonesia.

Menurutnya, HMI Cabang Singaraja telah berada sejak empat puluh tahun lalu dan baru kali ini mendapat keluhan dari warga terkait keberadaan sekertariat serta aktifitas mereka.

“Jika bendera yang dipermasalahkan, barang itu (Bendera HMI, Red) sudah terpasang sejak dua tahun lalu dan tidak ada permasalahan sebelumnya. Apalagi, sekertariat sudah ada sejak empat tahun lalu. Harusnya tidak perlu menunggu waktu empat tahun jika ingin mempermasalahkan sekertariat HMI di Singaraja,” ucapnya.

Terkait dengan keberadaan dua orang di sekertariat HMI, Indra mengatakan kebetulan bersamaan waktunya dengan libur panjang mahasiswa yang usai mengikuti ujian akhir semester. Sehingga, banyak mahasiswa penghuni yang merupakan anggota dari HMI, sedang pulang kampong masing-masing.

Ia mengaku cukup gerah mendengar HMI disebut sebagai organisasi kemahasiswaan yang menganut faham radikal. Menurutnya, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah harga mati dan organisasinya tersebut turut dalam mempertahankan keutuhannya.adi


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER