Bawa Selingkuhan Ke Rumah, Ni Luh Dilaporkan Bule Auckland

  • 13 Januari 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 4345 Pengunjung

Bulelengsuaradewata.com - Ni Luh Gampil Astuti (37), warga yang tercatat tinggal di Gang Leli, Banjar Dinas Dangin Margi, Desa Pemaron,Kecamatan/Kabupaten Buleleng, dilaporkan pacarnya Daniel Lionel Boogerd (62), warga asal New Zealand, yang tinggal di Banjar Bulu Lada, Desa Selat. Bule yang diketahui bekerja di Australia ini melaporkan pasangan kumpul kebonya lantaran mendapatkan peringatan keras (Somasi) dari kuasa hukum pasangan kumpul kebonya itu. Bukan cuma di somasi, Daniel bahkan diancam akan dideportasi oleh sang Pengacara jika tidak meninggalkan rumah yg di klaim milik Daniel dan Luh Astuti. Kok gitu?

Berdasarkan keterangan Daniel yang aktif berbahasa Indonesia mengatakan, kejadian tersebut berawal dari hubungannya dengan Luh Astiti yang telah berlangsung sejak 8 tahun silam. Astuti yg lama menyandang status janda akhirnya setuju akan melanjutkan hubungan ke tingkat perkawinan. Bahkan, hasil pekerjaan Daniel selama bekerja ia kumpulkan untuk mengurus masa depan keduanya. Daniel pun bahkan tak pernah merasa keberatan menanggung dua orang calon anak tirinya atas hubungan Astuti dengan suami sebelumnya.

Pada tahun 2012, Daniel bersama Astuti pun kemudian sepakat untuk tinggal di Kota Singaraja, tepatnya di Desa Pemaron. Keduanya kemudian berhasil membeli sebidang tanah lalu membangun rumah untuk mereka tempati ketika berkeluarga. Mirisnya, Daniel yang harus memenuhi kebutuhan Astuti kemudian mulai mengalami masalah ekonomi dan membuatnya harus mencari pekerjaan hingga ke Australia.

Selama bekerja di negeri Kangguru, Daniel setiap dua minggu sekali datang ke Singaraja untuk mengontrol pengerjaan rumah di Desa Selat. Hal tersebut terkait dengan sejumlah uang yang ia kirim dari hasil kerjanya di Australia untuk membiayai penyelesaian rumah masa depannya itu. Ketika bangunan sudah setengah jadi, Astuti kemudian pindah bersama kedua anaknya ke rumah baru itu.

Hampir selama 2 tahun lebih Daniel bekerja di Australia dan melakukan rutinitas pulang setiap dua minggu sekali ke Bali. Daniel dan Astuti pun selalu bersama di rumah baru mereka yang jadi setelah dikerjakan selama 3 tahun dengan biaya dari penghasilan Daniel. Keduanya pun tinggal layaknya suami istri dan keluarga kecil dengan dua orang anak yang dianggap Daniel sudah seperti anak kandungnya sendiri.

Ketika awal tahun 2015, Daniel mendapat musibah di tempat kerjanya (Australia, Red). Musibah kerja yang dialami Daniel menyebabkan ia harus menjalani perawatan intensif di negeri kangguru itu. Perawatan tersebut diakibatkan kondisi kakinya yang patah tulang sehingga tidak bisa ke Bali hampir selama 6 bulan.

"Tapi saya masih bisa berkomunikasi baik lewat telepon atau sosial media yang memiliki aplikasi video call (tele wicara). Dan mereka sekeluarga (Astuti dan anak-anaknya) mengetahui kondisi saya di Australia," ujar Daniel yang menyebut salah satu aplokasi jejaring sosial penyedia layanan telewicara.

Hingga suatu saat dipenghujung tahun 2015 ia pun bisa pulang dan menyelesaikan rumah yabg terletak di Desa Selat dan pulang ke rumah itu. Berselang kondisi kaki yang mulai membaik, Daniel pun kembali berangkat ke Australia untuk bekerja seperti sebelum ia mengalami musibah patah kaki. Namun kisaran awal bulan November 2015 ia ke Bali dan tidak mendapati Astuti berada di rumah. Oleh anak Astuti yang paling besar, Daniel mendapat pengaduan tentang keberadaan Astuti yang lagi pergi ke Belanda bersama seorang lelaki yang diduga kuat merupakan Pria Idaman Lain (PIL) baru dari Astuti.

"Laki-laki itu orang Belanda bernama Rane Feijan dan datang ke Indonesia bersama Astuti. Saya tunggu di rumah dan ternyata Astuti betul-betul membawa laki-laki itu ke rumah saya untuk menginap," kata Daniel.

Spontan Daniel menolak keberadaan Rane yabg diajak oleh Astuti ke rumahnya dengan meminta Rane untuk tidak masuk ke rumah tersebut. Ironisnya, lanjut Daniel, Astuti membela PIL barunya dengan ikut memarahi balik si Daniel. Bahkan, Astuti pun mulai menyebut haknya atas rumah yabg didirikan oleh Daniel.

Atas ungkapan Astuti, Daniel kemudian menutup pintu sebagai bentuk penolakan terhadap keberadaan Rane. Aksi Daniel mendapat perlawanan yang dilakukan oleh Rane bersama Astuti dengan mendorong pintu yang ditutup Daniel.

Konflik hubungan segitiga itu bahkan sempat diredam oleh pihak pemerintah Desa Selat namun menemui jalan buntu. Pihak desa setempat lalu memberikan waktu kepada pasangan cinta komplikasi itu untuk melakukan mediasi selama dua minggu.

Mendadak pada tanggal 17 November 2015 datang sepucuk surat dari kantor pengacara Julius Logo yang inti isinya memberikan peringatan keras kepada Daniel untuk pergi dari rumah tersebut. Ia bahkan merasa diancam oleh Pengacara pasangan kumpul kebonya akan di depotasi jika tidak memenuhi permintaan untuk meninggalkan rumah tersebut.

"Sampai saat ini memang tidak ada pihak imigrasi yang datang mendeportasi, tapi surat itu betul-betul membuat saya tidak nyaman dan meresahkan. Padahal itu rumah saya bangun dari uang hasil kerja keras saya. Bukti pengiriman dan pembayaran pengerjaan rumah ada semua saya pegang dan sudah dibawa oleh pengacara saya," ujar Daniel yang di dampingi pengacaranya saat melaporkan peristiwa yang merugikannya yang lebih dari Rp800 juta.

Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Sukasada, AKP. Gde Arya Wibawa, membenarkan laporan tersebut. Menurutnya, akan dilakukan gelar perkara terlebih dahulu untuk menyelidiki laporan dari warga asing itu.adi


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER