Demokrasi Adalah Kompetisi Yang Memuaskan Semua Pihak ?

  • 19 November 2015
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 3225 Pengunjung

Opini, suaradewata.com- Pemilihan pemimpin atau dengan kata lain Pemilu,Pilkada,Pilkades sudah sering kita dengar dan lakukan, sudahkah dilakukan tahapan evaluasi? bahkan tanggal 09 Desember 2015 ini akan diadakan Pilkada serentak di Indonesia bagi kabupaten kota maupun provinsi yang jabatan kepala daerahnya sudah habis.

 

Pilkada tak bisa dipisahkan dengan kata demokrasi, yang dimana Demokrasi Indonesia saat ini menitik beratkan pada pemilihan suara terbanyak atau voting yang seringkali menimbulkan butut panjang, tidak hanya diwaktu pemilihan dilakukan, Namun setelah selesai pun masih hangat untuk dibicarakan dan didikusikan bahkan diperdebatkan. Pro kontran terus diasah dan disulut bagaikan air dan minyak yang sangat sulit bersatu, orang ketiga selalu mencari panggung untuk menyiram agar api pro kontra tetap menyala.

Dalam demokrasi yang menonjolkan voting sebagai jalan akan menghasilkan adanya pihak yang kalah dan menang, adanya pihak yang yang di puaskan dan tidak di puaskan, adanya pihak yang terwakili dan tidak terwakili bahkan ada pihak yang di agungkan dan ada yang di jatuhkan. Sehingga slogan “Demokrasi Tak Selalu Memuaskan Semua Pihak” seakan benar adanya, apalagi terbukti setelah selesainya pesta demokrasi masih adanya pihak-pihak yang saling hujat,hina menghina dan tidak adanya kebersaaman dalam membangun suatu daerah. Bahkan lebih parahnya lagi dan menjadi trend negeri ini membuat kongres tandingan atau mungkin nanti pilkada Tandingan.

 

Namun perlu kita pahami bahwa “Demokrasi Adalah Kompetisis Yang Memuasakan Semua Pihak” Disini bukan masalah demokrasinya yang salah atau sistemnya yang keliru, tetapi bagaimana kedewasaan masyarakat dalam memahami dan menyadari arti demokrasi itu. Seharusnya demokrasi di artikan sebuah kompetisi yang melahirkan sesuatu yang terbaik dan diputuskan serta dipilih oleh rakyat tanpa ada tekanan dan imimg-iming apapun. kata menang dan kalah itu hanya pada waktu kompetisi berlangsung, setelah itu mari kita berjabat tangan dan bergandeng tangan membangun bangsa ini secara bersama-sama. Hilangkan rasa kecewa, rasa kalah, rasa benci dan ego sektoral, kita boleh kecewa dan sedih tetapi kita tak boleh membenci,ago atau bahkan mengutuk orang lain walaupun kita kalah. Bukankah nama lain dari kalah menang puas atau pun becin adalah rasa, dan nama lain rasa adalah kehidupan, serta nama lain dari kehidupan adalah proses, jadi mari kita nikmati perjalanan proses ini untuk menambah kedewasaan sehingga pemahaman dan kesadaran kita meningkat.

Ketika dewasaan sesorang bertambah tentu pemahan tentang sesuatu akan lebih luas dan kesadarannya jiwanya akan bangkit. Kata kunci dari berdemokrasi adalah kedewasaan,Yang sebenarnya tidak hanya dalam berdemokrasi saja, tetapi dalam menjalani hidup di dunia ini juga perlu kedewasaan, karena hanya dengan pendewasaan pemahaman didapat, hanya dengan pemahaman kesadaran diraih. Ketika kesadaran sudah kita peroleh sudah barang tentu kebahagian meyertai hidup sesorang. Sehingga demokrasi tidak lagi menimbulkan pro kontra tetapi memuaskan semua pihak karena semua pihak sudah sadar bahwa setelah kompetisi usai saatnya kita bersama-sama mengisi kemerdekaan dengan melaksanakan kewajiban sesuai kemampuan masing-masing.

Demikian kata singkat tentang pemilihan pemimpin yang sering kita dengar dengan kata pesta demokrasi,semoga menambah wawasan bagi pembacanya, dan bagi penulisnya tidak terhenti sampai disini, walau tulisan ini seperti mengarami lautan tapi minimal kita telah berkarya walau hanya selembar kertas. Mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggu perasaan kawan semua, kepada Tuhan semoga saya selalu diberikan kesehatan untuk selalu berkarya untuk sesame, karena apalah artinya kita kaya,berkuasa,pintar tapi tidak berguna bagi sesama.

Putu Surya Adnyana, S.H, penulis adalah Presidium PP KMHDI 2014-2016

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER