Waspada Kebangkitan PKI

  • 02 Oktober 2015
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 2986 Pengunjung

Opini, suaradewata.com - Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengetahui Pancasila, Ideologi ini telah menjadi darah daging bagi setiap warga negara Indonesia. Namun seiring dengan keeksisan pancasila sebagai ideologi Indonesia, terdapat kejadian berupa pelemparan yang bermotif mencoreng nama baik pancasila. Salah satunya adalah penyebaran pesan berantai mengenai agenda pertemuan Presiden Jokowi dengan keluarga PKI dan Gerwani seluruh Indonesia di Gelora Bung Karno, Jakarta. Dalam pesan itu disebutkan bahwa salah satu agenda pertemuan itu adalah Jokowi akan mewakili pemerintah Indonesia untuk meminta maaf pada keluarga PKI dan Gerwani. Apakah kemunculan isu tersebut merupakan upaya propaganda pihak komunis gaya baru untuk bangkit kembali?

Sebelum membahas lebih dalam tentang penjelasan isu tersebut, perlu kita ketahui dengan seksama, sejarah peristiwa Gerakan 30 September yang terjadi di Indonesia. Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau yang sering disingkat sebagai G30S/PKI 1965 merupakan tragedi nasional bangsa Indonesia yang tak mudah dilupakan dari benak kita semua. Pada peristiwa inilah terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI dengan menculik beberapa petinggi TNI Angkatan Darat. Beberapa Jenderal tersebut lalu dibantai secara keji di sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Monumen Lubang Buaya. Gugurnya mereka menjadi tombak perlawanan bangsa ini pada kekejaman PKI.

Beberapa pahlawan revolusi yang menjadi korban pembantaian PKI adalah Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani adalah Komandan TNI AD. Pembunuhan atas Jenderal Ahmad Yani dilakukan karena menentang keras keberadaan faham komunis. Ahmad Yani diculik dari kediamannya dan dibantai di Lubang Buaya.Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan adalah salah satu pelopor berdirinya TNI. Kematiannya mengenaskan yang dilakukan sekelompok anggota PKI yang menyergap ke rumahnya dan membunuh para pelayan serta ajudan. Kemudian, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo, berbeda dengan dua pahlawan revolusi sebelumnya yang mayatnya dibawa ke Lubang Buaya, Brigjen Katamso saat itu bertugas di Yogyakarta. Dia diculik lalu tubuhnya dipukuli dengan mortar motor, baru dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan. Kemudian, Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono) juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya. Letnan Jenderal TNU Anumerta Suprapto. Dia juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya. Sebelum dilakukan pembantaian, dia pernah meredam beberapa pemberontakan PKI di berbagai wilayah seperti Semarang dan Medan.

Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman (S. Parman). Dia merupakan perwira intelijen yang sebenarnya dekat dengan PKI serta mengetahui kegiatan rahasia mereka. Saat ditawari bergabung dengan faham komunis itu, S. Parman menolak. Karena itulah dia masuk daftar target pembunuhan PKI lantaran mengetahui banyak hal. S. Parman dibantai di Lubang Buaya. Otak pembantaiannya yakni kakaknya sendiri Ir. Sakirman yang merupakan petinggi PKI saat itu. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo. Dia juga diculik di rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya. Para penculik mengatakan Mayjen Sutoyo dipanggil oleh Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno, tapi ternyata itu bohong. Kolonel Infanteri Anumerta R Sugiyono Mangunwiyoto. Dia bersama Brigjen Katamso menjadi korban penculikan PKI di Yogyakarta. Keduanya dikuburkan dalam lubang yang sama dan mayatnya baru ditemukan setelah 20 hari kemudian.

Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun (KS Tubun) merupakan satu-satunya perwira selain TNI yang menjadi korban keganasan PKI. Saat peristiwa berlangsung dia merupakan ajudan dari Johanes Leimena, salah satu menteri di kabinet Soekarno. Leimena merupakan tetangga samping rumah Jenderal Abdul Haris Nasution (A.H Nasution) yang jadi incaran PKI. Saat itu gerombolan PKI mengepung rumah Nasution dan didengar oleh KS Tubun. Dia langsung melepas tembakan namun sayang jumlah anggota PKI terlalu banyak, jadilah KS Tubun tewas di tangan mereka namun tidak sampai dibawa ke Lubang Buaya. Kapten Anumerta Pierre Tendean merupakan satu-satunya pahlawan revolusi yang tidak punya pangkat jenderal namun keberaniannya sungguh luar biasa. Dia ajudan Jenderal A.H Nasution. Berkat keberaniannya dia berhasil meloloskan atasannya dan mengaku menjadi Nasution. Tendean dibunuh dan dibantai di Lubang Buaya.

Sekilas membahas mengenai kejelasan peristiwa G30S/PKI 1965 yang menjadikan petinggi negara sebagai korban pembantaian, tentunya hal yang terpikirkan adalah adanya peristiwa nasional yang memberikan luka tersendiri bagi bangsa Indonesia dan juga keamanan nasional. Upaya pemberontakan yang dilakukan oleh PKI terhadap pemerintah Indonesia, dilakukan untuk merebut kekuasaan negara dan menjadi Indonesia sebagai negara komunis, namun upaya yang dilakukan PKI tersebut tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai negara yang berada dibawah kekuasaan komunis. Momentum pemberontakan yang dilakukan PKI terhadap pemerintah Indonesia pada peristiwa G30S/PKI 1965 menjadi titik awal pergerakan revolusi di Indonesia. Melihat kekejaman yang dilakukan oleh PKI terhadap petinggi negara, tentunya tidak akan dapat diterima akan sehat apabila pemerintah justru meminta maaf kepada PKI atas peristiwa G30S/PKI 1965. Peristiwa tersebut dilatarbelakangi oleh adanya pemberontakan yang dilakukan PKI kepada pemerintah Indonesia, sehingga wajar apabila pemerintah Indonesia melakukan perlawanan atas keberadaan PKI di Indonesia. Perlawanan itu terjadi atas dasar bahwa masyarakat Indonesia yang bersikeras menjunjung Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia marah terhadap tindakan kejam yang dilakukan PKI. Pemberontakan PKI pada peristiwa G30S/PKI 1965 menjadi catatan penting bagi Indonesia bahwa terdapat beberapa oknum yang menginginkan penerapan ideologi komunis di Indonesia, sehingga sebagai warga negara Indonesia, kita semua perlu waspada akan upaya pemunculan kembali gerakan tersebut dan pemerintah Indonesia tidak sepatutnya terbesit pemikiran untuk meminta maaf kepada PKI, karena PKI merupakan pelaku pembantaian, bukan korban dari peristiwa G30S/PKI 1965.

Achmad Irfandi, penulis adalah Peneliti dan Penulis Senior LSISI


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER